Ajaran Islam Tentang Bicara
Hallo, selamat malam di blog AUTOGOBLOOG , pada kali ini akan menjelaskan tentang tips menabung Ajaran Islam Tentang Bicara simak selengkapnya
Ajaran Islam Tentang Bicara atau Islam dan bicara adalah tema postingan abdi kali ini. Persoalan ini abdi anggap penting akibat berbicara merupakan cermin diri seseorang. Seseorang yang culas, dapat dilihat dari bicaranya. Seorang yang keras hati, sombong dang besar kepala hendak terlihat dari nada bicaranya. Seseorng yang penakut jua hendak tampak dari hal ini. Termasuk juga, apakah seseorang pandai atau bodoh dapat disaksikan dari pembicaraannya. Pendek kata, seluruh kepribadian yang sedia pada diri seseorang hendak terlihat dari bicaranya. Bicara adalah cerminan diri seseoang. Maka penting kiranya memahami tuntunan Islam tentang bicara.
Berbicara menjadi sangat penting dalam kehidupan sehari-hari seseorang akibat bicara merupakan salah satu gawai buat berkomunikasi. Kemahiran dan kemampuan seseorang berkomunikasi, hendak sangat memudahkannya menempatkan diri di antara bangsa yang ada. Salah satu akar apakah seseorang diterima atau ditolak di tengah-tengah bangsa jua sisebabkan dari masalah ini.
Ajaran Islam Tentang Bicara, Islam dan bicara atau tuntuan Islam tentang bicara menjadi sangat penting akibat berbicara dapat menyebabkan pertumpahan darah, peperangan, dan sebagainya. Maka dalam hal ini sedia pepatah : mulutmu harimaumu dan tajamnya anggar tak setajam lidah. Dan mengingat hendak pentingnya persoalan bicara ini, bahwa Islam membirakan jurai yag menjadi warning nagi orang-orang yang beriman.
Berbicara yang ayu memerlukan pembiasaan. Makin rentang waktu cara pembiasaan ini hendak menjadi kebiasaan. Dan bila sudah menjadi kebiasaan bahwa secara otomatis nada bicaranya hendak acap baik, santun dan meneduhkan. Hal ini sesuai dengan sabda Rasul SAW :
اكْلَفُوا من العمل ما تُطِيقُونَ فإن خير العمل أَدْوَمُهُ وإن قَلَّ ابن ماجه عن أبى هريرة
Laksanakanlah oleh kalian amalan secukup kalian, sesungguhnya sebaik-baik amalan adalah yang dikerjakan terus melesap meskipun kecil (Ibn Majah)
Beberapa hal yang terkait Ajaran Islam Tentang Bicara di antaranya adalah :
1. Dalam bicara kudu merendah hati :
Hal ini sesuai dengan firman Allah :
وَاخْفِضْ جَنَاحَكَ لِلْمُؤْمِنِينَ
Dan berendah dirilah awak terhadap orang-orang yang beragama (QS. Al-Hijr : 88)
Berdasarkan artikel di arah bahwa dalam bicara kudu menghindari kesombongan, ujub, takabur dan merendahkan orang lain.
2. Berbicara yang ayu sebagai bukti iman kepada Allah dan Hari Akhir
Orang-orang yang beragama hendak sangat memperhatikan cara dan gaya bertuturnya. Dia tak asal bicara. Segala yang keluar dari mulutnya adalah kebaikan. Ketika ia tak dapat melakukan pembicaraan yang baik, bahwa orang yang beragama hendak kian memilih buat diam.
Bicara yang ayu ternyata merupakan salah satu bukti keimanan seseorang terhadap Allah dan Hari Kiamat. Oleh karenanya, orang yang beragama hendak sangat akurat dan penuh pertibangan buat berbicara.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلَا يُؤْذِ جَارَهُ وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ
Barangsiapa yang beragama kepada Allah dan Hari Akhir, bahwa janganlah menyakiti tetangganya. Barangsiapa yang beragama kepada Allah dan Hari Akhir hendaklah memuliakan tetangganya. Dan barangsiapa yang beragama kepada Allah dan Hari Akhir bahwa brbicaralah yang ayu atau diamlah (HR Bukhari)
3. Berbicara yang ayu sebagai syarat dimuliakan gradasi seseorang oleh Allah
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ :« إِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ رِضْوَانِ اللهِ لاَ يُلْقِى لَهَا بَالاً يَرْفَعُ اللهُ بِهَا لَهُ دَرَجَاتٍ وَإِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ سَخَطِ اللهِ لاَ يُلْقِى لَهَا بَالاً يَهْوِى بِهَا فِى جَهَنَّمَ ».
Sesungguhnya seorang hamba yang berbicara denga kata-kata yang diridhai Allah tanpa berpikir panjang, Allah hendak mengangkatnya beberapa gradasi dengan kata-katanya itu. Dan seorang hamba yang berbicara dengan kata-kata yang dimurkai Allah tanpa berpikir panjang, Allah hendak menjerumuskannya ke neraka Jahannnam dengan kata-katanya itu (HR Bukhari)
Membaca dan memahami hadits di atas, bahwa jelaslah bahwa salah satu syarat unuk dimuliakan Allah, seseorang kudu punya kebiasaan bicara yang baik.
Apabila seseorang mempunyai kebiasaan buruk dalam berbicara, ialah dengan acap mengeluarkan kata-kata atau kalimat yang dibenci oleh Allah bahwa balasannya tak sedia lain adalah neraka Jahannam.
4. Berbicara Syari’at kudu sedia dasar
Menyangkut persoalan ibadah, pembicaraan seseorang tentang hal ini kudu betul-betul berasas dalil naqli, ayu Al-Qur’an maupun Hadits.
Seseorang yang berbicara syariat tanpa disertai dalil bahwa dia dianggap telah begana-begini dengan mengatasnamakan Rasulullah SAW. Maka berhati-hatilah!!!
عَنْ الْمُغِيرَةِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّ كَذِبًا عَلَيَّ لَيْسَ كَكَذِبٍ عَلَى أَحَدٍ مَنْ كَذَبَ عَلَيَّ مُتَعَمِّدًا فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنْ النَّارِ - رواه البخارى
Sesungguhnya begana-begini arah namaku tak seperti begana-begini kepada seseorang. Barangsiapa begana-begini arah namaku bahwa tempatilah tempatnya di neraka (HR. Bukhari)
Hadits di arah sangat sesuai dengan firman Allah :
وَلاَ تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْؤُولاً - الاسرأ : 36
Dan janganlah awak mengikuti apa yang awak tak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, seberinda itu hendak diminta pertanggungan jawabnya.
5. Menjaga mulut dan kemaluan dijamin surga
Menjaga farji adalah sesuatu yang penting dan sangat erat kaitannya dengan kehormatan. Dan membela farji ini jua menjadi syarat keberentungan orang beriman.
Dalam hadits di bawah ini, membela mulut adalah sama nilainya dengan membela farji. Kedua-duanya sama-sama menghantarkan seseorang menuju surge Allah.
Baca juga: Lawan Jadi Kawan dan Kawan Jadi Lawan
Bila kita sedemikian sungguh-sungguh membela farji (kemaluan) kita, bahwa semistinya kita jua membela mulut kita.
عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ السَّاعِدِيِّ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ تَوَكَّلَ لِي مَا بَيْنَ رِجْلَيْهِ وَمَا بَيْنَ لَحْيَيْهِ تَوَكَّلْتُ لَهُ بِالْجَنَّةِ
Barangsiapa yang dapat menjamin untukku sesuatu antara dua jenggotnya (mulut) dan sesuatu antara dua kakinya (kemaluan), aku hendak menjamin adnan untuknya (HR. Bukhari)
6. Berbicara dengan tersenyum
Yang terakhir dari pembahasan kita kali ini adalah pentingnya menghiasi pembicaraan kita dengan senyuman. Senyuman bukan saja hendak menambah kita semakin manis dan enak dipandang, tetapi jua hendak sangat berpengaruh terhadap kualitas bicara kita. Dengan senyuman pula berarti sedia rasa hormat terhadap oponen bicara. Rasulullah SAW jua acap menghiasi bicaranya dengan senyuman dibibir. Bahkan Dia tak bicara sepatah katapun selain dengan dihiasi senyuman.
عَنْ أُمِّ الدَّرْدَاءِ قَالَتْ كَانَ أَبُو الدَّرْدَاءِ لَا يُحَدِّثُ بِحَدِيثٍ إِلَّا تَبَسَّمَ فِيهِ فَقُلْتُ لَهُ إِنِّي أَخْشَى أَنْ يُحَمِّقَكَ النَّاسُ فَقَالَ كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا يُحَدِّثُ بِحَدِيثٍ إِلَّا تَبَسَّمَ رواه احمد
Abu Darda’ tak berbicara tentang sesuatu kecuali sambil tyersenyum. Ummi Darda’ berkata kepadanya : “sungguh aku khawatir bila orang lain menganggapmu pandir”. Maka dia berkata : “Adalah Rasulullah tak berbicara tentang sesuatu kecuali sambil tersenyum”. (HR. Ahmad)
Demikian Ajaran Islam Tentang Bicara, Islam dan bicara atau tuntuan Islam tentang bicara semoga bermanfaat.
Sekian penjelasan perihal Ajaran Islam Tentang Bicara semoga artikel ini bermanfaat terima kasih
Artikel ini diposting pada tag tips menabung, blogging indonesia,
Belum ada Komentar untuk "Ajaran Islam Tentang Bicara"
Posting Komentar