Istriku pintu rejekiku

Istriku pintu rejekiku

Hi, selamat pagi di blog AUTOGOBLOOG , di kesempatan akan dibahas mengenai tips menurunkan berat badan Istriku pintu rejekiku simak selengkapnya

Namaku Rino, umurku barulah 23 tahun tapi abdi pernah memiliki istri. Yap, di usiaku yang masih muda ini abdi pernah memiliki tanggung jawab sebagai seorang suami disaat teman-temanku masih sibuk-sibuknya kuliah. Sebelum bertemu istriku, abdi adalah pemuda brandalan yang acap gayang dan main judi. Bahkan abdi senggang masuk ke penjara karena terciduk pada waktu main judi kartu. Aku pula senggang hampir dikeluarkan dari sekolah karena kebanyakan bolos sekolah.

Di sekolah pula abdi terkenal sebagai playboy cap kadal. Pokoknya sikapku tersebut gak patut dijadikan contoh. Walaupun berandalan, abdi sangat mengagumi Dira, anak cucu IPA yang sholeha. Dira inilah yang alhasil menyerahkan seluruh hidupnya untukku, mendampingku dan jadi istriku.

Dira merupakan cacat ahad administrator organisasi siswa Islam. Teman-temanku pula mengejekku karena abdi gak pantas buat Dira yang sholehah. Aku pula bertaruh dengan teman-temanku tersebut. Jika abdi berbuah mendapatkan Dira , alkisah teman-temanku pula harus menjajakan abdi di Kantin selagi 1 bulan, begitu pula sebaliknya. Teman-temanku menyetujuinya.

Beberapa kali Dira mengelak jika bertemu denganku, bahkan menolak ketika abdi mengungkapkan menanggung acap ke dia. Hasratku pula semakin memuncak, abdi mencari akal bagaimana caranya boleh menaklukkan jantung Dira. Akhirnya, cacat ahad temanku memberikan sebuah cara. Cara licik yang diberikan oleh cacat ahad temanku itu adalah abdi berpura-pura jadi baik, beserta kegiatan kerohanian Islam yang diadakan oleh Organisasinya Dira sampai Dira luluh. Aku senggang menolak aturan tersebut, karena abdi paling malas andaikata beserta ngaji, dengerin ceramah, bahkan abdi pula gak pernah sholat. Tapi temanku bergerak membujukku, dan alhasil abdi ikuti saran dari dia.

Sore ini, ada kegiatan pengajaran di Sekolah. Aku sebetulnya mengguncang-guncang buat ikut, tapi karena abdi ingin mendapatkan hatinya Dira alkisah mau gak mau abdi paksakan. Dan benar, seluruh sekolah kagum ketika melihatku beristirahat dan beserta pengajian. Bahkan beberapa siswa pula berbisik-bisik seakan gak percaya. Tapi ya namanya jua sandiwara, abdi nikmati fungsi ini sampai alhasil abdi berbuah mendapatkan dia.

Keesokan paginya, abdi lagi ikut-ikutan semaan Alquran yang diadakan oleh organisasinya Dira. Aku pula nekad ikut, karena abdi sama banget gak bisa melisankan Alquran, bahkan abdi sama banget gak pernah melisankan buku Iqro. Lagi-lagi mereka terkejut melihatku datang di acara semaan, abdi apatis saja. Guru agama Islam memulai melantunkan Ayat-ayat suci Alquran,aku pula hanya mendengarkannya sambil sesekali bibirku komat-kamit pura-pura baca. Ternyata caraku ini berhasil, secara perlahan-lahan Dira mau ku membawa bicara bahkan dengan acap rela beliau mau mengajariku buat belajar belajar Alquran dimulai dari belajar buku Iqro di sekolah.

Hari berganti hari, abdi sama Dira pula semakin dekat. Ku beranikan diri buat lagi mengungkapkan cintaku padanya, tapi lagi-lagi ditolak. Aku jua udah ngomong andaikata abdi pernah berubah. Dira pula nampaknya luluh, tapi beliau gak mau pacaran. Dia minta andaikata memang abdi cinta dengan dia, beliau meminta abdi buat menikahinya. Mendengar jawaban tersebut, abdi jadi gugup. Aku pula mulai menghitung-hitung, jebolan SMA mau kerja apa, bergerak nanti Dira mau ku beri bersuka-suka apa. Tapi entah mengapa, bibirku berbicara " tunggu, setelah SMA abdi akan melamarmu".

Sembari menunggu jebolan SMA, abdi melanjutkan fungsi yang sedang ku nikmati ini. Yang berarti abdi udah bisa melelehkan hatinya. Aku pula menagih teman-temanku yang dulu mengajak taruhan, dan selagi sebulan abdi gak mencabut dana ahad kalipun buat jajan. Singkat cerita, abdi pula lulus SMA dengan nilai minimalis. Dan sesuai dengan janji Dira, abdi amat melamarnya.

Orang tua Dira gak setuju andaikata Dira menikah denganku karena abdi pernah dicap sebagai berandalan. Dira pula meyakinkan kedua anak Adam tuanya bahwa abdi pernah berubah. Aku pula meminta ijin ke Orangtuaku buat menikahkan abdi dengan Dira. Ayahku menolak karena abdi belum memiliki pekerjaan, tapi dengan sedikit memaksa, alhasil Ayahku pula luluh. Pernikahan kami pula boleh dilakukan.

Selepas pesta pernikahan, abdi putuskan buat mengontrak bangunan sederhana. Kami pula memulai kehidupan baru sebagai pendamping suami istri. Sifatku pula lagi berubah. Aku lagi mabuk-mabukan dan berjudi. Pernah di suatu malam, abdi bertekuk lutut judi dan berbalik pada keadaan gayang berat. Istriku pun  ngomel-ngomel. Dan minus menanggung bersalah, abdi pula menampar pipinya dengan keras. Dia pula menangis. Hari berikutnya, abdi lagi berbalik pada keadaan gayang berat. Dan dengan setianya Dira menungguku berbalik bahkan memapahku ke kasur. Hari-hari berikutnya sama.

Cincin berbaur kami pula ku jual agar abdi bisa bermain judi, dan lagi-lagi istriku sangat sabar menghadapiku. Entah berapa kali abdi menamparnya, memukulnya, mencubitnya, dan melukai hatinya tapi beliau tetap berbakti denganku bahkan tak ada niat buat meninggalkanku. Hingga suatu malam, abdi melihat Dira sedang berdoa. Air matanya mengucur deras, entah barang apa yang dipanjatkannya yang jelas hatiku jadi bergetar. Saat Dira sedang merapikan sajadahnya, abdi rangkul beliau dari belakang. Aku minta ampunan atas semua perbuatanku, dan berjanji buat jadi suami yang bertambah baik lagi. Kami pula saling berpelukan.

Sejak insiden itu, abdi mematahkan buat berhenti gayang dan judi. Aku ditawari oleh tetangga arah buat jadi sales peralatan bangunan tangga, abdi pula menerima tawaran tersebut. 3 bulan kemudian, kehidupan keluarga kami mulai berubah. Aku pula mulai bisa mendapatkan dana sorangan secara halal.

Di tahun kedua, abdi mematahkan buat membuka warung bersuka-suka kecil-kecilan buat menambah pemasukan. Aku meminta doa istriku, istriku pula memberiku dukungan, bahkan beliau sorangan yang akan memasaknya. Pelan-pelan warung bersuka-suka yang kami buat mulai rame pengunjung. Aku pula resign dari pekerjaanku sebagai sales karena abdi akan fokus membantu istriku mengurusi warung.

Warung yang ku dirikan di asas bangunan pula pernah gak muat menerima pengunjung. Aku pula carter tanah di akrab bangunan buat melebarkan warungku. Dan ternyata langkahku tepat, warungku pula semakin jadi rame. Dan sekarang, abdi mampu membayar 3 karyawan yang membantuku buat mengelola warung. Mertuaku yang semula meremehkanku, alhasil mulai mengajak abdi ngobrol. Aku pula amat tobat dan mendalami agama Islam dengan sungguh-sungguh. Ternyata hidupku benar-benar  jadi berkah, walaupun kami belum diijinkan buat mendapatkan momongan. Istriku pula jadi pintu rejekiku mengalir.

Kiriman : Dias Julianto Putro

Editor : Goelasmin

Baca jua cerita inspiratif lainnya :

Kisah Ida

Kisah Fera

Kisah Wulan

Kisah Juni 

Kisah Andini

Sekian detil mengenai Istriku pintu rejekiku semoga artikel ini menambah wawasan salam

Artikel ini diposting pada kategori tips menurunkan berat badan, tips menambah berat badan,

Belum ada Komentar untuk "Istriku pintu rejekiku"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel